Oknum Guru SMAN 2 Kaimana Diduga Aniaya Siswa, Berujung Dikeluarkan dari Sekolah

KAIMANA, KT – Oknum guru pada SMA Negeri 2 Kaimana, diduga menganiaya seorang siswa, RPR (16) hingga babak belur. Peristiwa penganiayaan tersebut terjadi pada Selasa, 2 Juli 2025, berbuntut siswa tersebut akhirnya dikeluarkan dari sekolah tanpa alasan yang jelas.
Pihak sekolah hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi, namun informasi yang diperoleh wartawan, pihak sekolah dengan sengaja membalikan facta bahwa orangtua siswa tersebut juga menganiaya oknum guru di sekolah hingga babak belur, padahal sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Korban kekerasan, RPR, siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kaimana, saat ditemui wartawan mengaku kejadian tersebut bermula ketika dirinya bersama kedua teman lainnya sedang bermain.
Namun karena limit listrik di sekolah tersebut jatuh, sehingga oknum guru tersebut meminta korban dan kedua temannya untuk menaikan limit. Setelah limit dinaikan, ketiga langsung dipanggil untuk menghadap guru tersebut.
Entah apa yang merasuki pikiran sang oknum guru tersebut, korban dan kedua temannya langsung ditampar. Menurut pengakuan korban, tamparan itu sebagai pelajaran agar tidak dikeluarkan dari sekolah.
Tidak hanya berhenti sampai di situ, lanjut korban, dirinya pun ditendang 3 kali ke arah muka yang menyebabkan bibir korban langsung mengeluarkan darah segar.
“Tendangan pertama bibir saya langsung pica, kemudian Pak Guru tendang satu kali lagi. Tendangan ketiga saya tampias ke dinding dan darah keluar dari hidung dan mulut, Karena rasa sakit saya lari sambil menangis, tetapi Pak Guru tarik krak baju saya dan menonjok saya dari leher sebelah kanan. Saya pun dibawa balik ke tempat semua dan di tempkat itu, Pak Guru kemudian menyampaikan permohonan maaf ke saya. Saya pun diantar oleh Pak Guru ke tukang pijit di Kampung baru,” jelasnya.
Dia juga mengaku, selama perjalanan ke tukag urut dan saat pulang dari tukang urut, pelaku sempat mengancam untuk kejadian tersebut tidak dilaporkan kepada orangtuanya. Jika dilaporkan, maka konsekuensinya akan dikeluarkan dari sekolah.
Usai kejadian dan penyelesaian tersebut, korban pun akhirnya kembali ke rumahnya.

Saat tiba di rumahnya, Syamdiah Latief, Ibu korban menaruh curiga karena melihat bibir anaknya bengkak dan mengeluarkan darah. Namun korban mengaku dan beralasan jatuh saat bermain bola di sekolah. Namun, karena terus diselidiki oleh ibunya, korban pun akhirnya mengaku jika dirinya dianiaya oleh oknum guru di sekolah.
Tak terima anaknya diperlakukan tak adil oleh oknum guru, orangtua korban akhirnya bergerak ke sekolah untuk meminta penjelasan terkait penganiayaan terhadap anaknya.
Tiba di sekolah, karena merasa tidak puas terhadap oknum guru tersebut, ayah korban sempat melampiaskan emosinya dengan melayangkan satu tamparan ke pelaku.
Keributan itu pun diredahkan setelah Kepala SMAN 2 meminta kedua orangtua korban untuk menyelesikannya di ruang kepala sekolah. Dan hasil dari penyelesaian tersebut, baik oknum guru maupun orangtua saling minta maaf, kerena tidak ingin kasus ini berlanjut setelah diselesaikan secara kekeluargaan.
Meski telah diselesaikan secara kekeluargaan, namun, pelaku akhirnya melaporkan hal itu ke Polres Kaimana.
“Saya dan suami saya akhirnya menghadap ke Polres Kaimana. Di sana kita diatur dan bicara baik-baik, sampai ada surat pernyataan yang dibuatkan bersama,” terang ibu korban kepada wartawan.
“Penyelesaian di Polres tidak menjadi akhir dari masalah ini. Saat terima Rapor, tiba-tiba anak saya dikeluarkan dari sekolah.
Saya tidak tau alasannya apa, tetapi Kepala Sekolah sempat bilang kalau mau pindah ke Fakfak atau ke Sorong. Terus terang, kami sangat menyesal dengan tindakan sepihak yang dilakukan oleh pihak sekolah, karena mengeluarkan anak kami tanpa sebab. Bahkan, pihak sekolah kemudian membalikan fakta bahwa kami orangtuanya yang menganiaya guru, padahal peristiwa sebenarnya oknum guru tersebut yang menganiaya anak kami hingga babak belur,” tegasnya.
Pihak sekolah, hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah belum dapat memberikan keterangan resmi berkaitan dengan persoalan ini. Bahkan, Kepala SMA Negeri 2 Kaimana, Sutanto, S.Pd ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya pun, namun enggan untuk membalasnya.(JRTC-R1)