Frans: ‘Kearifan Lokal Perlu Terus Didorong untuk Mapel Mulok’

0
Frans Amerbay ketua DPRD Kaimana Foto Dar

Ketua DPRD Kab. Kaimana, Frans Amerbay, SE. | Foto:DAR-KT


KAIMANA, KT- Dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal (Mulok) dimaksudkan agar peserta didik mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spritual di daerah, di mana dia tinggal. Kemudian setelah dia mengenal dan mencintai, maka tujuan selanjutnya adalah peserta didik bisa menjaga, melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang akan berguna bagi dirinya dan lingkungan daerahnya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Namun dalam pelaksanaannya perlu ada literature atau buku panduan (pelajaran) tentang mulok yang akan menjadi panduan bagi guru. Pasalnya banyak tenaga pendidik yang mengampuh mulok ini, belum sepenuhnya menguasai kearifan lokal, seni budaya, adat istiadat masyarakat Kabupaten Kaimana. Apalagi saat ini kearifan lokal ini sudah dibauri dengan kebudayaan dari luar Kaimana.

Hal ini disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Kaimana, Frans Amerbay, SE ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya belum lama ini. Menurutnya perlu ada buku  panduan sehingga materi yang diberikan benar-benar berisikan tentang kearifan lokal Kaimana.

“Jika dulu dengan pelajaran muatan lokal memotivasi anak-anak. Sehingga dengan sendirinya, dapat membuat ukulele dan kerajinan tangan lokal. Namun hal ini tidak untuk sekarang ini. Banyak anak- anak yang tidak tahu membuat kerajinan alat musik tradisional, dan noken papua. Hal ini karena tidak ada bimbingan dari masyarakat lokal sendiri, dan para guru,” ungkapnya.

Frans mengatakan bahwa pelajaran muatan lokal  bisa saja diangkat oleh pemerintah untuk menjadi sesuatu kekhususan wilayah kaimana saja.

“Oleh karena itu, dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya budaya akan dilestarikan dengan mungkin membuat perlombaan budaya. Selama ini yang terjadi perlombaan yang  paling banyak di Kabupaten Kaimana adalah perlombaan Dance dan perlombaan Rap yang memicu anak-anak muda untuk tampil bebas. Namun jika perlombaan hasil karya dan tarian adat sangat minim sekali,” ujarnya.

Oleh karena itu, pendidikan mulok ini tidak hanya sebatas satu dua jam saja, tetapi kalau bisa, satu hari khusus untuk pembelajaran mulok, untuk seluruh peserta didik.

“Saya pikir perlu didorong, misalnya hari Sabtu, khusus untuk pelajaran mulok. Jadi sepanjang satu hari sekolah ini hanya untuk pelajaran mulok. Semua siswa diwajibkan untuk mengikuti pelajaran mulok ini, sehingga siswa semakin di perkuat untuk terus membudayakan kebiasaan atau ciri khas Kaimana. Saat ini setiap kali acara, pasti selalu dengan hiburan yang berbau anak muda seperti dance. Tapi untuk hiburan yang mengangkat soal seni budaya lokal Kaimana ini sangat minim. Ini juga terjadi karena kebudayaan di Kaimana ini sudah semakin tergerus. Sehingga saatnya sekarang kita harus memperhatikan hal ini, sehingga budaya, seni, adat istiadat asli Kaimana bisa dilestarikan,” pungkasnya.(DAR-R2)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten Ini Terlindungi !!!
Please disable your adblock for read our content.
Segarkan