Pembubaran GP Mania Dipolitisir, Ganjar Pranowo Masih Eksis
JAKARTA, KT– Eros Djarot, salah seroang budayawan, seniman dan juga politisi, menilai jika pembubaran GP Mania oleh Immanuel Ebenezer atau Noel merupakan trik belaka.
Langkah ini menurut dia, hanya sebagai upaya penggembosan kubu Ganjar Pranowo jelang Pilpres 2024.
“Menurut saya itu (pembubaran GP Mania) upaya penggembosan terhadap Ganjar. Tetapi, itu tidak berdampak sama sekali,” ujar dia dalam siaran persnya, Jumat (10/2/2023).
Dia pun mengaku, jika langkah yang diambil Noel itu, justru membuat rugi dirinya sendiri. Sebab, lanjut dia, yang berkembang saat ini, malah ada kecurigaan bahwa Noel mengalihkan dukungan ke calon lain.
“Dalam politik, sikap Noel ini sangat identik dengan istilah wani piro (berani bayar berapa). Makanya saya kasihan, bisa saja orang mengaitkan ini dengan politik wani piro? Yang dirugikan kan Noel sendiri, bukan Ganjar,” tegasnya.
Dia juga menyinggung tentang alasan Noel membubarkan GP Mania, karena alasan yang disampaikan itu tidak masuk akal.
Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada kepastian Ganjar maju sebagai calon presiden, hal ini pun sama, baik itu Prabowo Subianto maupun Anies Baswedan.
“Noel harusnya juga tahu itu. Tidak ada satu pun calon presiden yang sudah pasti saat ini, hanya saja ada partai politik yang mengusung mereka,” kata dia.
Terkait pernyataan Noel bahwa Ganjar bukan calon terbaik pengganti Jokowi, menurut Eros alasan ini juga tidak masuk akal. Menurut dia, jika Ganjar dipercaya oleh PDIP maju Pilpres 2024 dan menang, bisa saja kinerja Ganjar akan lebih baik dari Jokowi.
“Kalau Ganjar diberi kesempatan, bisa saja dia kerja lebih baik dari Jokowi. Kan kami belum tahu. Makanya pembubaran GP Mania yang niatnya menggembosi Ganjar, justru para aktornya nanti kecele (tertipu),” ujar dia.
Sejauh ini, lanjut dia, dari semua lembaga survei di Indonesia, menempatkan elektabilitas Ganjar Prabowo teratas dari calon lainnya. Bahkan, ada lembaga survei yang sudah berani menyimpukan, Ganjar Pranowo bisa menang satu putaran, jika pasangan capres-cawapres lebih dari dua.
Dua bakal capres yang membuntuti Ganjar Pranowo, yakni Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Elektabilitas keduanya berdekatan, tapi selisih jauh dengan Ganjar. Bahkan, ada lembaga survei yang menyebut Anis Baswedan bisa menjadi Presiden terpilih, jika Ganjar tidak dicalonkan.
Ganjar sendiri masih menunggu keputusan partainya, PDI Perjuangan. Tapi, PAN sudah memberi signal akan mengusulkan duet Ganjar-Erick Tohir ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yakni Golkar, PAN dan PPP, jika PDI Perjuangan tak mencalonkan Ganjar.
Petinggi PDI Perjuangan juga sudah memberi signal kalau partainya akan berkoalisi dengan partai lain. Bisa jadi, tiga parpol di KIB bergabung ke PDI Perjuangan, atau PAN-PPP ke PDI Perjuangan, sedangkan Golkar ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, bentukan Gerindra-PKB. Atau bisa juga, PKB melebur ke KIB, sedangkan Gerindra berkoalisi dengan PDI Perjuangan.
Pengamat politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menyatakan, kondisi politik sangat dinamis. Bisa berubah kapan pun. Bahkan dalam waktu hanya kedipan mata.
“Pengikat utama koalisi presiden adalah calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diajukan. Sejauh tokoh yang akan diusung itu belum jelas, artinya koalisi masih sangat mungkin untuk berubah,” terang Saidiman.
Dia mencontohkan Koalisi Perubahan yang diisi NasDem, Demokrat, dan PKS. Meskipun koalisi ini sudah punya capres, yaitu Anies Baswedan, namun masih ada pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Utamanya dalam penentuan cawapres.
“Mereka belum solid. Kan belum deklarasi koalisi dan belum punya cawapres. Segala kemungkinan masih terbuka,” terangnya.
Dari pihak parpol, mengakui bahwa meski sudah ada koalisi, namun komunikasi dengan partai lain masih terus dilakukan.
Ketua DPP Golkar Dave Laksono menyatakan, di KIB, pihaknya akan terus berupaya mencari dukungan partai lain untuk ikut bergabung.
“KIB selalu terbuka untuk partai politik lain, agar bisa gabung bersama kami. Hal ini untuk memperkuat posisi KIB dan memantapkan calon yang akan kita usung,” sebut Dave.
Sementara Gerindra, masih optimis dengan keutuhan koalisi bersama PKB dan akan terus terjaga. Gerindra justru pede, anggota koalisinya akan bertambah.
“Jadi, kalau ada partai di luar kita sedang berunding, yah itu lumrah saja. Tidak ada masalah, namanya politik selalu cair. Namun, Alhamdulilah, kami cukup solid sampai hari ini,” kata Wakil Ketua Umum Gerindra, Irfan Yusuf.
Demokrat juga percaya bahwa koalisinya dengan NasDem dan PKS akan tetap solid. Acuannya karena ketiganya sudah punya bakal capres, yaitu Anies.
“Kami saat ini termasuk koalisi yang terdepan. Sudah memegang tiket 28 persen, melebihi ambang batas presiden, dan satu-satunya yang sudah punya bacapres,” terang Juru Bicara Demokrat, Herzaky Mahendra Putra.
Untuk komunikasi yang dilaksanakan, dia menyebut, hal itu memperkuat barisan merebut kursi presiden.
“Kalau teman-teman lain, tak pasti di tempat lain, lebih baik merajut kebersamaan kami di Koalisi Perubahan,” ajak dia.
Terpisah, PDIP mengamini anggapan, jika koalisi yang ada saat ini masih bisa terpecah. Sebab, koalisi masih cair. Jual beli aspirasi masih terus berlangsung.
“Tak ada yang luar biasa. Tak ada yang tidak masuk akal. Semua dinamika politik masih wajar. Akselerasi silaturahmi dan lobi sudah diduga terjadi seturut jadwal kontestasi yang mendekat,” ucap politisi PDIP Hendrawan Supratikno.(AN-R1)