36 Kampung akan Masuk Target Program Papua Terang
KAIMANA, KT- Setelah melakukan survey di 41 titik dari 36 titik sasaran yang sudah di list dalam program Papua terang, maka saat ini PLN Kaimana masih menunggu petunjuk terkait dengan realisasi program ini. Pasalnya, sebagian besar masyarakat target, sudah menunggu dan menanyakan realisasi program Papua Terang ini kepada pihak PLN rayon Kaimana.
Hal ini diungkapkan oleh Manager PT. PLN ranting Kaimana, Muhammad Puarada ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya belum lama ini.
“Kalau untuk papua terang ini sendiri, survei sudah kami lakukan di 41 titik dari 36 kampung yang menjadi sasaran survei kemarin. Jadi ada kampung yang mungkin di luar list yang sudah ada. Karena PLN juga ada program yaitu melistriki desa, maka kami berharap agar di tahun 2019 ini, mungkin sudah bisa direalisasikan,” ujarnya.
Menurutnya, untuk merealisasikan program papua terang ini tidak sekaligus, maka dirinya berharapa agar ada petunjuk dari pusat tentang realisasi program ini. “Kalau untuk realisasinya kan pastinay ada pekerjaan fisik, atau mungkin paling tidak ada kegiatan yang mengarah ke sana. Kalau sampai dengan saat ini, memang kita belum dapat informasinya dari pusat, mungkin juga ini masih di awal tahun. Tapi program ini kan untuk tahun 2018/2019,” tuturnya.
Lanjut dia, karena sebagian besar masyarakat Kaimana belum menikmati listrik sampai dengan saat ini, maka dirinya berharap agar program ini bisa segera direaliasikan, apalagi dirinya sebagai putera adat Kaimana. “Mungkin kita punya masyarakat di sini yang belum menikmati listrik, yang sudah bertahun-tahun belum menikmati listrik, bisa ikut menikmati listrik seperti masyarakat Kaimana lain yang sudah menikmati listrik, terutama saudara-saudara saya yang ada di kampung-kampung,” ujarnya.
Menurutnya, yang lebih diprioritaskan yang pertama, adalah ibu kota distrik. Hal ini dilakukan mengingat, di ibu kota distrik merupakan pusat pelayanan pemerintahan di masing-masing distrik. Sehingga pasti kebutuhan akan listrinya juga besar. “Untuk pertama ketika realiasai, mungkin kita focus pada ibu-ibu kota distrik. Ibu kota distrik sudah harus dialiri listrik. Ditambah dengan kampung lain yang sudah kami survey. Kalau di ibu kota distrik ini kan menjadi pusat pelayanan pemerintahan, sehingga kami fokus kesana terlebih dahulu. Kalau ibu kota distrik sudah, barulah kita ke kampung-kampung yang sudah kami survei,” lanjutnya.
Sementara itu, terkait dengan potensi sumber daya alam yang bisa dijadikan pembangkit listrik bagi masyarakat, lanjut Puarada, kemungkinan besar hanya PLTD dan tenaga matahari. Pasalnya, untuk pembangkit listrik menggunakan mikro hidro ini masih sangat minim potensinya untuk Kabupaten Kaimana. Sehingga dipastikan, 41 titik ini hanya menggunakan pembangkit dengan tenaga diesel dan tenaga surya.
“Saat survey kemarin, memang kita juga ada melihat potensi mikro hidro yang mungkin ada di kampung-kampung. Tapi kalau tidak bisa kita dengan mikro hidro, ya, jalan satu-satunya dengan diesel. Terus untuk kampung yang sulit, mungkin kita tidak dengan diesel, tapi mungkin kita dengan tenaga surya, karena dengan pertimbangan jangkauan atau jarak antara kota dengan tiga kampung ini,” lanjutnya.
Sementara itu, ketiga kampung yang kemungkinan besar menggunakan pembangkit dengan tenaga surya ini adalah kampung Sara, Werua dan Jarati yang ada di wilayah Lobo, Distrik Kaimana. “Selain tiga kampung di wilayah Lobo, tetapi ada juga kampung di wilayah Arguni yang mungkin menggunakan tenaga surya, karena jangkauan jarakanya jauh, dan harus ditempuh dengan jalan kaki. Kalau diesel ini, apalagi berkapasitas besar, saya pikir kami juga akan kesulitan,” ujarnya.
Ketika disinggung soal SDM PLN yang nantinya akan menghandel pengoperasian pembangkit di 41 titik ini, lanjut Puarada, dirinya berharap agar managemen pusat juga sudah memikirkan hal ini. “Saya pikir sejak awal program ini dilaksanakan, pasti managemen yang lebih diatas kami, sudah memikirkan hal ini. Bagaimana dengan SDM yang akan digunakan. Kalau tidak salah, untuk operatornya sendiri, mungkin masyarakat lokal yang berada dimasing-masing kampung. Saya pikir akan lebih efisien menggunakan masyarakat lokal, daripada harus disiapkan dari daerah lain,” ujarnya. (RIO-R2)