Perindagkop Perlu Dorong Pasar Bagi UKM

0
Perindagkop Perlu Dorong Pasar Bagi UKM

Ketua komisi B DPRD Kaimana, Jaquiline Claudia, S.Hut. | Foto: KT


KAIMANA, KT – Sudah tidak bisa dihitung dengan jari, kelompok-kelompok usaha yang terbentuk di Kaupaten Kaimana. Mulai dari usaha kuliner (basah, kering), usaha kerajinan yang terus menerus digeluti oleh masyarakat di Kabupaten Kaimana. Namun kembali lagi mereka terbentur pada minimnya SDM, serta ketiadaan pasar untuk para pelaku usaha ini.

Ketua Komisi B DPRD Kaimana, Jaquiline Claudia, S.Hut mengatakan bahwa selama pihaknya turun ke masyarakat, banyak kelompok usaha yang mengeluhkan bahwa kesulitan mereka ada pada pengembangan usaha, serta sulitnya tempat atau wadah yang bisa menampung hasil usaha para pelaku usaha kecil dan menengah ini.

“Saya juga sebagai kaum perempuan, dan saya melihat bahwa, sebenarnya ibu-ibu, baik ibu-ibu pasar, dan ibu-ibu yang membentuk kelompok usaha kecil, itu sebagai potensi untuk meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Misalnya ibu-ibu pengusaha abon ikan, jualan salak, noken dan juga kerajinan lain mereka ini sebenarnya mampu. Hanya saja mereka terkendala pada teknik dan cara untuk mengembangkan usaha mereka,” ujarnya.

Kendala lain, lanjut Claudia, kurangnya pembinaan dan pendampingan dari dinas terkait, sehingga kelompok-kelompok usaha yang sudah terbentuk ini, sulit untuk berkembang. “Saya pikir mereka bisa. Hanya saja, salah satu kelemahan kita, terutama dinas terkait selama ini adalah kurangnya pendampingan dan modal bagi pelaku usaha kecil yang lebih didominasi oleh kaum perempuan ini. Sehingga harapan kami, hal ini bisa dibenahi oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait, sehingga ibu-ibu kelompok usaha kecil menengah ini, mereka bisa berkembang maju,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindagkop Kabupaten Kaimana, Martinus Furima, SE ketika dikonfirmasi di Kaimana beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa, sebenarnya pasar ini bisa disiapkan. Hanya yang menjadi kendala adalah produk yang dijual ini harganya terlalu tinggi. Sehingga hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang tidak tertarik untuk membeli hasil usaha kelompok-kelompok usaha ini.

“Dalam sistem ekonomi bahwa barang yang murah itulah yang paling di cari dan diminati oleh masyarakat. Sebenarnya kelompok-kelompok ini mampu untuk menghasilkan produk yang tidak kalah dengan daerah lain. Hanya saja harga yang dipatok ini terlalu mahal. Padahal didaerah lainnya justru jauh lebih murah. Sehingga kalau produk ibu-ibu ini dijual dengan harga standar maka pasti banyak masyarakat yang beli, tidak hanya orang luar Kaimana, tetapi juga masyarakat lokal Kaimana. Kalau jual dengan harga tinggi maka tentu toko atau kios yang ada di Kaimana ini pun tidak akan menerima walaupun sistemnya hanya menitip. Karena pasti tidak ada orang yang beli, karena terlalu mahal. Tapi untuk kepentingan ibu-ibu ini, maka kami akan terus maksimalkan pendampingan kepada mereka, sehingga mereka bisa berkembang,” pungkasnya.(CR8-R2)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten Ini Terlindungi !!!
Please disable your adblock for read our content.
Segarkan