Bupati Kritisi Pembangunan Pemecah Ombak

0
Penanaman Mangrove di Pantai Air Tiba

Penanaman Mangrove di Pantai Air Tiba. | Foto: RIO-KT


KAIMANA, KT – Bupati Kaimana, Drs. Matias Mairuma kembali mengkritisi pembangunan pemecah ombak yang ada di Kaimana. Salah satu menjadi sorotannya adalah pemecah ombak yang ada di depan gedung pertemuan Krooy Kaimana.

Menurutnya, masih ada cara yang lebih tepat untuk mengantisipasi terjadinya abrasi pantai, ketimbang mengeluarkan anggaran besar hanya untuk pemecah ombak.

“Saya minta kepada tim anggaran untuk mulai tahun ini, tidak lagi menganggarkan pembangunan pemecah ombak untuk Kaimana. Karena tidak terlalu efisien. Masih ada cara lain yang lebih tepat, misalkan penanaman mangrove, ataupun penghijauan dekat pantai. Dari pada kita mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit untuk pemecah ombak, tetapi satu dua tahun dia sudah rusak. Lebih baik kita tempuh cara yang lebih alami, dan tidak mengeluarkan biaya yang besar, tetapi akan memberikan dampak yang lama bagi masyarakat kita di Kaimana ini, bahkan untuk anak cucu kita” ungkapnya beberapa waktu lalu di Kaimana dalam kegiatan penanaman mangrove di Air Tiba Kaimana.

Bupati Mairuma juga mengkritisi kerusakan lingkungan yang terjadi di Kaimana. “Sampai dengan saat ini, masih ada masyarakat kita yang gunakan pantai sebagai tempat pembuangan sampah. Ini tidak boleh terjadi lagi, karena sangat merusak lingkungan. Dulu, kita tidak sulit mencari siput disepanjang pantai ini. Tapi sekarang ini, itu sudah tidak ada lagi. Cari setengah mati baru kita bisa dapatkan siput,” ujarnya.

Menurutnya, pembuangan sampah dilaut ini juga terjadi di daerah yang merupakan objek wisata andalan Kaimana, dan bupati Mairuma sangat menyesalkan hal ini. “Yang saya herankan itu, kalau kita ke Triton, pasti menemukan sampah (botol) dilaut. Botol ini dibuang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kita berkunjung kesana, tetapi meninggalkan sesuatu yang nantinya akan bisa merusak lingkungan. Saya pernah bilang kepada masyarakat disana, kalau menemukan ada yang membung botol di laut, hajar dorang. Karena dorang tidak peduli dan menghargai masyarakat yang ada di sana,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kaimana, Ridwan Ombaer ketika dikonfirmasi di Kaimana, Rabu (14/2) kemarin mengatakan bahwa pembangunan pemecah ombak merupakan program yang menelan biaya yang sangat besar.

“Kalau kita lihat pembangunan pemecah ombak yang didepan gedung Krooy ini, sangat miris. Karena anggaran yang sangat besar itu, untuk membangun sesuatu yang volumenya tidak sesuai. Saya pikir kalau ditumpuk saja begitu, tidak terlalu efisien. Harusnya diatur baik, sehingga bisa mencapai beberapa meter lagi. Kalau kita lihat disana, terkesan hanya ditumpuk. Apakah ini yang diinginkan?” ungkapnya.

Lanjut Ridwan, pembangunan pemecah ombak di beberapa titik juga kualitasnya tidak bagus. “Kalau untuk pemecah ombak yang lain ini, mungkin program dari provinsi. Yang kami lihat itu bahwa, baru dibangun beberapa tahun lalu, tapi dia sudah rusak. Batu yang digunakan itu pun sudah berguguran. Sehingga menurut kami, perlu dievaluasi kembali, sehingga kita tidak mengeluarkan anggaran yang besar, tapi manfaatnya hanya satu dua tahun saja. Karena masih ada program kegiatan urgent yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, terkait dengan pembangunan SDM di Kabupaten Kaimana,” pungkasnya.(RIO-R2)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten Ini Terlindungi !!!
Please disable your adblock for read our content.
Segarkan