Maramowe Foundation Bidik Pengembangan Pariwisata Kaimana
KAIMANA, KT – Untuk mengembangkan objek wisata baik itu wisata alam, budaya, seni bahkan adat, maka perlu promosi dan kerjasama berbagai pihak, baik internal kabupaten atau provinsi, tetapi bisa juga dilakukan antar lintas sektoral bahkan lintas provinsi.
Setelah kurang lebih dibentuk beberapa tahun yang lalu, dan sukses mempromosikan pariwisata budaya dan seni kepada dunia luar, maka yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, setelah di inisiasi oleh CII Koridor Kaimana, maka yayasan ini siap bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Kaimana, dalam rangka pengembangan pariwisata di Kaimana.
Ketua Yayasan Maramowe, Luluk Intarti beberapa waktu yang lalu di Kaimana Beach Hotel, sudah mempresentasikan lika liku pengembangan potensi wisata yang sudah di lakukannya, khususnya bagi suku Kamoro yang ada di Papua sampai saat ini. Pemaparan materi dari Luluk juga terkait dengan keberhasilan yayasan ini dalam melestarikan adat budaya dan seni suku Kamorol, yang bahkan pernah ditampilkan di ajang festival International.
“Kami berangkat dari niat tulus kami untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat kita, terutama masyarakat suku Kamoro yang ada di Papua. Kami melihat bahwa budaya (tarian), dan seni, baik itu seni lukis maupun seni menganyam ini, bisa menghasilkan sesuatu kepada masuarakat suku ini. Oleh karena itu, yayasan ini kami bentuk dalam rangka membantu masyarakat kita ini untuk lebih melestarikan adat budayanya, ditengah pengaruh budaya lain di era global saat ini,” ungkapnya pada saat usai mempresentasikan keberhasilan programnya, di Kaimana Beach Hotel (KBH) beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, potensi yang ada di wilayah suku Kamoro yakni; kekayaan alam, budaya yang dikemas dalam bentuk produk dan aktifitas, makanan (kuliner), sumber daya manusia, merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan eco-pariwisata, yang akan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
“Maramowe foundation hadir untuk membantu masyarakat, khususnya seniman Kamoro, dalam upaya melestarikan budaya leluhur, dan memberdayakan mereka agar dapat terus berkreasi melalui program kerja yang bertumbuh dan berkesinambungan. Program kerja yang sudah kami laksanakan antara lain; pelestarian budaya, pemberdayaan seniman, regenarasi seniman, manfaat ekonomi (ukiran dan anyaman), edukasi informatif, publikasi dan promosi, penyusunan database, wisata budaya dan pusat warisan budaya suku Kamoro,” ujarnya.
Walaupun demikian, masih ada kendala-kendala yang juga dihadapinya hingga kini. “Pengelolaan potensi alam dan budaya yang belum maksimal, infrastruktur belum memadai, akses komunikasi belum merata, pengembangan SDM yang berkaitan dengan kampung wisata, kesinambungan program, pengembangan program, belum terbentuk kerjasama antara instansi/daerah potensi wisata, agenda kegiatan antar event, minimnya promosi atas potensi yang ada.
Oleh karena itu, dirinya sangat berharap agar, pemerintah daerah Kabupaten Kaiman bersama dengan yayasan Maramowe ini bisa menjalin kerjasama dalam hal pengembangan pariwisata, karena menurutnya, kekayaan alam, kekayaan budaya dan seni yang ada di Kabupaten Kaimana sangat berpotensi, untuk bisa dikembangkan menjadi eco wisata, yang akan melibatkan masyarakat secara langsung.
Sementara itu, Alberth Nebore, West Papua Senior Manager MPA and Policy CII mengatakan, potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Kaimana sangat besar. Jika dikelolah dengan baik, maka bisa mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. “Menurut kami, perlu ada kerjasama lintas daerah, karena selain kita bisa mendapatkan ilmu, tetapi kita juga bisa memperluas jaringan kita, dalam rangka memperkenalkan budaya dan pariwisata Kaimana kepada khalayak umum. Olehnya, Maramowe ini saya pikir bisa membantu kita, asalkan kita bisa membuka diri untuk menerima mereka. Karena dari sisi keberhasilan, Maramowe ini boleh dikatakan berhasil, karena masyarakat mampu mendapatkan benefit dari apa yang mereka lakukan,” ungkapnya.
Lanjutnya, melalui yayasan ini, masyarakat akan dilatih dan didorong untuk mencari potensi-potensi kreatif atau ekonomi di sekitar mereka, yang nantinya akan dijual kepada wisatawan yang datang ke Kaimana. “Saya pikir ini menarik, artinya mereka sudah berhasil dengan lebih fokus kepada pariwisata budaya Kamoro. Kenapa kita di Kaimana tidak bisa, apalagi dengan budaya dan seni yang juga sangat berpotensi untuk dikembangkan. Budaya ini kan bisa menjadi instrumen untuk mempromosikan wisata yang ada di Kaimana,” pungkasnya.(RIO-R2)