Putra Asli Kaimana Ini, Berdayakan Petani Pala Lewat Koperasi di 4 Kampung

KAIMANA, KT- Tak ingin rakyatnya seperti ‘tikus mati di tengah pumbung padi’, karena potensi sumber daya alam yang melimpah ruah, Aris Bernad Oktovianus Fenetiruma, anak asli Kaimana ini, terus melakukan gebrakannya untuk memotivasi para petani pala di 4 kampung di wilayah Distrik Arguni Bawah.
Alhasil, saat ini sebanyak 100 kepala keluarga (KK) yang merupakan para petani pala di 4 kampung tersebut, telah masuk menjadi anggota koperasi yang dibentuknya.
Dikatakan, 4 kampung tersebut yakni Kampung Manggera, Kampung Kufuriyai, Wermenu dan Kampung Egerwara.
Bekerjasama dengan Eco Nusa, dia terus mengajak sejumlah petani pala di wilayah kampung dan distrik lainnya untuk menjadi anggota koperasi.
Kepala Seksi Koperasi pada Dinas Perindustrian, Pedagangan, Koperasi dan UKM Kaimana ini, menyampaikan pendapatnya saat diwawancarai www.republika.co.id di Jakarta.
Dalam keterangannya kepada www.kabartriton.net, Senin (14/9/2020), dia mengatakan, saat wawancara eksklusif dengan Republika di siaran podcastnya, Jumat (11/9/2020), dia menjelaskan panjang lebar tentang pengembangan koperasi bagi petani pala di Kabupaten Kaimana.
Menurut dia, potensi pala di wilayah 4 kampung ini sangat menjanjikan, dengan hasil panennya setiap tahun meningkat cukup tajam, hingga saat ini produksinya mencapai 50 sampai 60 ton per tahun.
“Potensi masyarakat ini, kami lirik sebagai peluang baru. Namun, memang terbentur dengan berbagai kendala. Pertama yakni soal mindset dan cultureset masyarakat, yang memang harus membutuhkan pendampingan. Pendampingan yang kami lakukan dengan bicara dari hati ke hati, akhirnya masyarakat pun menerima. Karena mereka tahu, ada orang asli Papua yang juga peduli tentang mereka,” jelasnya.

Dia menambahkan, memang dalam mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat ini, pendampingan tidak hanya datang dari pihaknya, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama.
“Saya juga sering berkomunikasi dengan Dinas Pertanian di bidang perkebunan, agar pola penanaman hingga panen perlu didampingi oleh instansi teknis lain. Karena kalau bicara soal kewenangan, memang lebih mengarah ke tugas dan wewenang instansi teknis lainnya. Namun, tidak berhenti sampai di situ, kita juga bisa melakukan dengan berkoordinasi. Dan Puji Tuhan, masyarakat di sana sudah mulai merasakan manfaatnya,” sambung Aris.
Dia lebih lanjut mengatakan, sebagai anak asli Papua, dirinya sendiri ingin agar adanya perubahan yang bisa mendorong masyarakat di kampung-kampung agar lebih maju, khususnya di bidang perkebunan pala ini.
“Hasilnya, kami dapatkan di lapangan bahwa masyarakat sudah semakin sadar bahwa dengan melalui koperasi, mereka sedikit terbantu. Artinya, hasil yang mereka peroleh, pertama ada savingnya atau simpanannya, tidak sekali dihabiskan. Mereka juga bisa terbantu untuk mendapatkan sembako yang lebih murah, dibandingkan harus turun ke Kota Kaimana dengan harga yang lebih mahal, belum lagi karena terbentur masalah transportasi, yang biayanya sangat besar jika menggunakan longboat ke Kaimana. Masyarakat sudah bisa mendapatkan sembako murah, langsung di kampungnya masing-masing,” jelas Aris panjang lebar.
Dia sangat berharap, agar pengembangan usaha masyarakat asli Papua di Kaimana dengan sejumlah potensi yang dimiliki mereka, tidak hanya dilakukan secara parsial, tetapi harus dilakukan secara bersama oleh sejumlah instansi teknis di wilayah ini.
Aris Fenetiruma, dia adalah anak asli Papua yang peduli dengan pengembangan masyarakatnya. Lalu kapankah kita??(ANI-R1)