153 Siswa Asrama SMPN Kambrauw Kesulitan Air Bersih
KAIMANA, KT- Sekolah berpola asrama SMP Negeri Kambrauw Kabupaten Kaimana, saat ini menampung sebanyak 153 siswa pada sekolah tersebut, di Kampung Sunua.
Meski demikian, pengembangan sekolah berpola asrama tersebut mengalami sejumlah kendala, salah satunya yakni mereka mendapatkan kesulitan air bersih.
Air bersih yang disediakan di lingkungan sekolah, tidak layak pakai, sehingga para siswa harus mengambilnya dari sumur warga yang berjarak hampir 300 meter jauhnya.
Kepala SMP Negeri Kambrauw, Joni Madmuar, dalam keterangannya, saat dikonfirmasi, Sabtu (18/3/23) mengatakan, seluruh siswa yang bersekolah di sekolah tersebut adalah mereka yang berasal dari 7 kampung di wilayah Distrik Kambrauw.
“Jumlah siswa yang sekolah pada sekolah ini, seluruhnya adalah penghuni asrama. Hal ini, karena mereka berasal dari kampung-kampung dalam wilayah Distrik Kambrauw. Olehnya, dengan jumlah siswa sebanyak itu, ketersediaan air bersihnya kurang memadai, menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Jadi bukan hanya siswa di asrama ini saja, tetapi juga kami guru-guru pun kesulitan mendapatkan air bersih,” akunya.
Dia menambahkan, selain air bersih, pihaknya juga mendapatkan kesulitan berkaitan dengan listrik, yang hingga saat ini belum ada di Ibukota Distrik Kambrauw tersebut.
“Memang kita ada genset yang selama ini kta pergunakan untuk penerangan pada malam hari untuk para siswa belajar. Namun, mahalnya bahan bakar minyak, menyebabkan jumlah jam menyalahnya dikurangi,” akunya.
Dia pun sangat berharap, dengan program Papua Terang saat ini, PLN Kaimana dapat mengaktifkan PLTS di Kampung Sunua, sehingga mereka bisa dapat terbantu.
Dia mengatakan, berkaitan dengan jumlah tenaga guru, untuk saat ini, SMP Negeri Kambrauw, memiliki sebanyak 11 tenaga guru, 3 adalah guru PNS, 6 adalah guru PPPK dan 2 lainnya merupakan guru honor.
Meski demikian, lanjut dia, pengawasan terhadap siswa di asrama terus dilakukan dengan memaksimalkan peran masing-masing guru pengasuh.
“Jadi ada pengasuh untuk asrama putrid an ada juga pengasuh untuk asrama putra. Sementara saat ini, kita mendapatkan bantuan juga 2 tenaga guru dari Yayasan Tangan Harapan, yang membantu kita melakukan pendampingan terhadap para siswa di sekolah ini, yang rata-rata adalah Orang Asli Papua,” tegasnya.
Disinggung soal alokasi anggaran untuk asrama, kata dia, untuk setiap tahunnya dianggarkan melalui DPA Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang direalisasikan selama 4 bulan sekali.
“Kalau untuk saat ini memang karena DPA belum dibagikan, sehingga kami terpaksa mengutang kepada pihak ketiga, untuk bisa membantu menjalankan sekolah berpola asrama ini. Karena jika tidak maka tentu anak-anak ini tidak akan bersekolah lagi,” akunya.
Pantauan wartawan, sekolah berpola asrama di SMP Negeri Kambrauw sangat memprihatinkan, karena kebanyakan siswa tidak mendapatkan tempat tidur. Mereka hanya membentangkan spon milik mereka masing-masing di atas lantai untuk belajar dan merebahkan tubuh mereka untuk beristirahat pada malam hari.(REN-R1)